Cara Seorang Milyuner Muda Memandang Uang

Bagi sebagian orang, nama Dustin Moskovitz mungkin tidak setenar Mark Zuckerberg. Namun, dia adalah satu diantara pendiri situs jejaring sosial Facebook, bersama Zuckerberg, Eduardo Saverin dan Chris Hughes pada tahun 2004. Waktu itu usia meraka masih awal 20-an sebagai mahasiswa Harvard University.
Image
Saat ini, tahun 2014 usia Moskovitz 29 tahun, dan dia bercokol dalam deretan anak muda di bawah 30 tahun yang terkaya di dunia versi majalah Forbes. Moskovitz yang kini mendirikan Asana.com memiliki kekayaan USD 6,8 miliar. Dia berderet dengan tiga anak muda lainnya, Parenna Kei, 24 tahun (Logan Property) dengan kekayaan USD 1,3 miliar, Anton Kathrein Jr., 29 tahun (Werge AG, antena) kekayaan USD 1,35 miliar, dan Mark Zuckerberg, 29 tahun (Facebook) dengan kekayaan USD 28,5 milyar.

Moskovitz tidak sampai bertahan lama di Facebook, hanya 4 tahun. Pada 2008 dia cabut dari FB dan menjual saham kepemilikannya sebesar 6% senilai USD 1,4 miliar. Setelah keluar dari FB dia membuat situs project management dengan nama asana.com. Asana diambil dari nama gerakan dalam yoga.
Image
Oleh banyak kalangan, Asana diyakini sebagai web services yang efisien digunakan untuk kegiatan pribadi maupun kelompok yang membutuhkan task management (pengaturan tugas). Dia membuat web tersebut karena pengalamannya ketika di Facebook sering memimpin proyek pembuatan aplikasi yang dikerjakan banyak orang dalam sebuah tim. Tak heran bila kemudian Asana mendapatkan banyak gelontoran dana dari investor, antara lain Benchmark Capital dan Andressen Horowitz sekitar USD 9 juta. Penggunanya pun tumbuh pesat, sekitar puluhan ribu data project management ada di situ. Karenanya, nilai kapitalisasi Asana pun tumbuh terus karena dinilai efektif dan banyak pengguna. 

Menurut Forbes, kekayaan Moskovitz naik pesat atau meningkat 245 persen pada tahun lalu. Selain dari uang penjualan saham di Facebook, peningkatan nilai perusahaan Asana, juga karena Moskovitz membeli saham Digital Sky Technologies sebuah perusahaan patungan Eropa yang melakukan investasi ke Facebook sebesar USD 200 juta. Saham FB naik, harta Moskovitz otomatis naik juga.

Namanya tiba-tiba membetot dunia, ketika dalam acara Oprah Winfrey, akhir tahun lalu dia menyumbangkan uang sebesar USD 100 juta, yang diperuntukkan ke beberapa sekolah di Newark, AS. Sumbangan itu merupakan rekor untuk pemuda seusianya. Moskovitz juga menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk yayasan Bill & Melinda Gates yang bergerak di amal untuk edukasi. Kecuali itu, Moskovitz juga memberikan dana USD 70 ribu untuk Proposition 19, sebuah RUU tentang pengaturan barang psikotropika di California dengan maksud mengurangi kejahatan.

Apa yang Anda bayangkan tentang Moskovitz mungkin senada dengan kebanyakan orang, yakni anak muda milioner, mampu membeli apapun, tinggal di rumah mewah, foya-foya, kemana-mana pakai VVIP class, bahkan jet pribadi, dan sebagainya. Bahkan kalau misalkan dia di Indonesia, bisa saja nyaleg atau bahkan nyapres. 

Tapi bayangan itu salah. Sebab, kebiasaan hidup teman sekos Zuckerberg ini bertolak belakang dengan kekayaannya. Mozkovitz masih suka naik sepeda kalau ke kantor, masih tinggal di tempat tinggal sewaan. Ketika suatu hari dipergoki oleh wartawan Forbes, Moskovitz tampak sedang antre chek-in di lajur biasa, dan naik pesawat kelas ekonomi. Padahal, wartawan itu ikut menyaksikan ketika Moskovitz wawancara dengan Bill Gates dan Melinda Gates untuk komitmennya menyerahkan setengah hartanya buat yayasan milik Bill Gates.

Tampaknya, Moskovitz punya pandangan lain tentang uang dan harta. “Saya tidak pernah merasa uang itu milik saya. Uang adalah resource, sesuatu yang bisa kita gunakan untuk membuat dunia lebih baik,” ucap Dustin Moskovitz saat ditanya pendapatnya tentang uang. Uang atau harta ternyata tak mengubah gaya hidupnya yang tetap sederhana.

Ucapan itu dibuktikan ketika dia membuat Asana. Pengalaman praktisnya di Facebook tidak disia-siakan. Dia buat web yang di dalamnya berisi banyak aplikasi untuk manajemen proyek yang diberikan secara gratis. Menurut dia, Asana dimulai dengan misi untuk membantu umat manusia berkembang, dan memungkinkan semua tim untuk bekerja sama dengan mudah dan efisien.

Asana sebenarnya perusahaan kecil dengan tim di bawah 100 orang, sebagian besar anak-anak muda yang memiliki semangat dan kreativitas. Dalam penjelasan di situsnya, Asana membahas dan membantu soal strategi pertumbuhan alternatif. Diharapkan dengan Asana perusahaan bisa bertumbuh pesat dengan staf yang efisien. Bekerja secara kolektif yang terdokumentasi akan mampu membuat pencapaian pendapatan yang besar.

Kekayaan yang besar dari Moskovitz tampaknya bukan pada uang itu semata. Tapi lebih dari itu. Sikap hidupnya, cara pandang tentang kekayaan, dan nilai-nilai dirinya cukup menarik. Menurutnya apabila harta bisa memberikan manfaat buat orang lain secara berkelanjutan, itu sangat menyenangkannya. Hal ini mengingatkan kita pada seorang filsuf Jerman yang sohor, Friedrich Nietzsche yang hidup pada 1844-1900, yang mengatakan : “Barang siapa yang tidak mampu memberi apa-apa, dia juga tidak bisa merasakan apa-apa”.

Meski sebenarnya dia bisa hidup nikmat di Facebook yang kian tumbuh, tak membuat Moskovitz terantuk menikmati zona nyaman. Dia memilih memulai sesuatu dengan membangun Asana.com. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki kekayaan ide yang luar biasa dan bertekad mewujudkannya hingga berhasil. Keberanian untuk berubah jualah, yang menjadi kekayaan jiwanya.